Harga Diri

(Mazmur 100, Roma 12, Matius 17, Efesus 4)
Indonesian
Year: 
2011
Quarter: 
1
Lesson Number: 
9

I

Pendahuluan: Allah mengatakan, “orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.” Mazmur 101:5.Lebih buruk lagi, ketika Amsal mendaftarkan enam hal yang dibenci Tuhan, coba tebak apa yang berada di urutan atas? “Mata sombong!” Amsal 6:17.Di lain sisi, Roma 2:7 mengesahkan “kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan” bagi semua orang yang berbuat baik. Bagaimana seharusnya harga diri dan rendah hati berdampingan? Apa bisa? Apakah harga diri merupakan istilah lain dari rasa bangga? Mari selami pelajaran Alkitab kita dan temukan jawabannya!

 

  1. Penciptaan dan Harga Diri
    1. Baca Mazmur 100:3-4. Hal apa dalam ayat ini yang memberikan kita alasan untuk berbangga? (Bahwa Allah menjadikan kita dan “punya Dialah kita.”)
      1. Apakah ayah atau ibu biasa menjadi alasan untuk memiliki atau  tidaknya memiliki rasa bangga? (Ya. Bapa kita adalah Raja atas segala Raja!)
         
      2. Bagaimanakah pengaruh sebutan “domba” pada rasa bangga kita?
         
      3. Siapakah yang disanjung dalam ayat-ayat ini: Allah atau manusia? (Allah!)
         
    2. Ada dua pandangan besar yang berseberangan dan sama sekali bertentangan mengenai terciptanya manusia. Pandangan yang satu (pandangan yang diajarkan secara eksplisit oleh Alkitab) adalah bahwa manusia diciptakan sendiri oleh Allah. Pandangan lainnya (pandangan sains) adalah bahwa manusia itu berevolusi dari nol. Pandangan mana yang membentuk harga diri yang lebih tinggi pada manusia? (Jawabannya tidak begitu jelas. Evolusi menyingkirkan kebutuhan untuk mengakui adanya Allah. Manusia sekarang sudah lebih baik dari yang dulu, dan mereka adalah yang terbaik dari semua mahluk hidup. Sekalipun orang yang percaya pada Penciptaan mengetahui bahwa Allah adalah Bapa mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan mereka berada dalam situasi tanpa pengharapan tanpa Allah.)
      1. Apakah dengan merenungkan asal-usul kita dapat membedakan antara kesombongan dan harga diri?
        1. Dapatkah kita mengatakan bahwa harga diri terbit dari hubungan kita dengan Allah? Kesombongan muncul dari apa yang kita akui sebagai milik kita?
           
  2. Gereja dan Harga Diri
    1. Baca Roma 12:4-8. Pola gereja Allah ini mengajarkan apa kepada kita mengenai harga diri dan kesombongan? (Alkitab membandingkan nilai-nilai yang kita miliki dengan anggota tubuh. Kita menghargai semua bagian tubuh kita. Jadi, karena Alkitab mengajarkan bahwa kita ini layaknya bagian-bagian tubuh, ada nilai yang melekat pada diri kita.)
      1. Apakah saudara memberi nilai yang setara pada semua anggota tubuh saudara? Contohnya, jika saudara harus memilih antara kehilangan kaki atau tangan, mana yang akan saudara pilih? Apakah saudara akan mengatakan, “Saya tidak peduli. Orang lain sajalah yang memutuskan?"
        1. Bagaimana dengan memilih antara ginjal dan jantung?
           
    2. Baca Roma 12:3. Perhatikan bahwa ayat ini mengawali ayat-ayat yang telah kita baca tadi. Amaran apa yang diberikan kepada kita? Apakah amaran terhadap kurangnya harga diri ataukah amaran terhadap kesombongan?
      1. Apakah ayat ini menganjurkan bahwa sebagian orang perlu memiliki harga diri yang rendah? (Bayangkan!)
         
    3. Coba tinjau konteks dari ayat-ayat yang baru saja kita bahas. Baca Roma 12:1-2. Kira-kira apa yang menjadi penyebab rendahnya harga diri? (Saya tidak tahu bagaimana halnya di tempat lain, namun orang Amerika begitu egosentris, memperhatikan diri sendiri, mengkuatirkan diri sendiri, larut dalam memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Orang Amerika umumnya membandingkan apa yang dicapainya dengan apa yang dicapai orang lain.)
      1. Apa yang dianjurkan oleh Roma 12:1-2 sebagai penangkal sikap egosentris seperti itu? (Pertama, pandanglah diri saudara sebagai persembahan korban demi kebaikan orang lain. Jika tujuan hidup kita adalah menolong orang lain, untuk hidup berkorban, kita akan tidak lagi mementingkan diri kita, “nilai” kita. Kedua, kita diminta untuk tidak menjadi serupa dengan dunia, tapi mengijinkan Roh Kudus untuk memberi kita sikap yang benar. Ayat-ayat sesudahnya kemudian berbicara mengenai pelayanan kita kepada orang lain.)
        1. Sejauh mana “pola dunia ini” berpengaruh terhadap harga diri?
           
  3. Tanggung Jawab Pribadi dan Harga Diri
    1. Baca Roman 12:6. Sebutkan beberapa penyebab kesombongan. (Kepintaran, kecantikan, uang, jabatan, kekuasaan dan keluarga.)
      1. Apa sebutan Alkitab untuk kesanggupan yang kita miliki? (Karunia.)
         
      2.  (Apakah berlaku juga bagi kepintaran, kecantikan, uang, jabatan, dan keluarga?) (Ya. Uang dan jabatan masih bisa diperdebatkan, namun karunia-karunia yang lain membantu kita untuk mendapatkan uang dan jabatan.)
         
      3. Bagaimankan Roma 12:6 memandang perkara-perkara ini? (Tidak saja menyebut menyebut kesanggupan-kesanggupan kita sebagai “karunia", namun karunia-karunia tersebut adalah berasal dari kasih karunia Allah.)
        1. Perhatikan bahwa bernubuat bergantung pada ukuran iman seseorang. Apakah kita bisa mengendalikan besarnya iman kita?
           
    2. Baca Matius 17:14-16. Berapa nilai yang saudara berikan terhadap harga diri murid-murid tersebut pada titik ini?
       
    3. Baca Matius 17:17-18. Apakah Yesus sementara mengomentari iman murid-murid-Nya?
       
    4. Baca Matius 17:19-20. Iman itu pilihan atau karunia? (Yesus menunjukkan bahwa banyak hal yang harus murid-murid lakukan dengan kadar iman mereka.)
       
    5. Coba kita urutkan jalan pikiran kita: Harga diri kita kerap didasarkan atas hal-hal seperti kepintaran, penampilan, uang, jabatan, kekuasaan dan keluarga. Hal-hal ini bisa dibilang merupakan karunia-karunia yang ada pada kita. Kita tidak bertanggung-jawab atas hal-hal ini. Namun, kuasa dari  karunia-karunia yang kita miliki menyetel ukuran iman kita, dan di sini kita bertanggung jawab.
      1. Apakah yang diajarkan oleh kenyataan ini tentang harga diri kita? (Kita tidak perlu merasa gundah dengan karunia yang tidak kita miliki. Namun, atas karunia-karunia tersebut kita memiliki tanggung jawab untuk, oleh iman, meningkatkan karunia-karunia itu dan menggunakannya demi keuntungan orang lain.)
         
    6. Baca Efesus 4:22. Apa yang salah dengan manusia lama kita (“Binasa oleh nafsunya yang menyesatkan.")
      1. Andai saya yang menulis ayat ini, saya akan menyebutnya "binasa oleh dosa." Namun, sepertinya yang dikatakan di sini adalah hal yang berbeda. Apa itu nafsu yang menyesatkan? (Tujuan hidup yang tidak berfaedah. Keinginan yang membodohi kita.)
        1. Apakah hal-hal yang menyebabkan rendahnya harga diri?
           
        2. Apakah ada di antaranya yang dapat diatasi dengan mempertimbangkan secara saksama keinginan-keinginan kita dan memutuskan mana keinginan yang bodoh?
           
    7. Baca Efesus 4:23-24. Peluang apa yang menanti kita? (Kita dapat menanggalkan manusia lama kita dan mengenakan manusia baru dengan sikap yang baru.)
      1. Apa beda manusia lama dengan manusia baru kita? (Keinginan manusia baru kita adalah kebenaran dan kekudusan.)
         
  4. Kisah tentang Harga Diri
    1. Baca Lukas 15:3-7. Apa yang diajarkan di sini mengenai bagaimana Allah menilai kita? (Setiap orang penting bagi Allah. Allah tidak menganggap satu orang pun dari kita sebagai “yang dianggap hilang”.)
      1. Dalam kadar apa cerita ini tidak cukup menggambarkan mengenai kasih Allah bagi kita? (Yesus bukan hanya sekadar membuat diri-Nya tidak nyaman saat mencari kita. Dia menjalani kematian yang sangat menyakitkan demi kita. Ia merasakan neraka di dunia demi kita.)
         
    2. Baca Matius 13:44. Apakah yang diajarkan di sini mengenai bagaimana seharusnya kita menilai diri sebagai bagian dari umat Allah?
       
    3. Jika seseorang memiliki sikap yang dijelaskan dalam dua ayat sebelumnya (Allah memberi nilai yang amat tinggi pada kita masing-masing dan kita menilai kerajaan Allah di atas segalanya), akankah hal ini mengatasi semua masalah "harga diri"?
      1. Apa andilnya bagi orang-orang yang kurang memiliki harga diri? (Masalah mengenai nilai kita telah dijawab tuntas. Jika tujuan utama kita adalah untuk memajukan kerajaan Allah, kita tidak akan memikirkan diri sendiri.)
         
      2. Apa andilnya dalam menimbulkan rasa bangga? (Kerajaan Allah itu lebih penting dari segalanya.)
         
    4. Sobat, jika engkau menderita rasa kurang percaya diri, ketahuilah bahwa Allah yang menciptakan engkau dan Ia menganggap engkau amat penting. Begitu hal itu tertanam dalam pikiran, tidak usahlah memikirkan diri sendiri dan mulailah memikirkan bagaimana caranya engkau bisa memajukan Kerajaan Allah. Maukah engkau bersedia melakukannya sekarang?
       
  5. Pekan depan: Kecemburuan.