Darah Yang Tidak Berdosa

(Ayub 10 & 15, Amsal 3)
Indonesian
Year: 
2016
Quarter: 
4
Lesson Number: 
8

Pendahuluan: Kita melihat sebuah pola dalam tuduhan sahabat-sahabat Ayub dan respons yang Ayub berikan kepada mereka. Sahabat-sahabatnya mengatakan bahwa Ayub menderita oleh karena dosanya. Ayub menjawab dengan mengatakan ia bersalah, dan ia menantang Allah untuk menyampaikan alasanNya mengapa kejadian ini menimpa dirinya. Hal ini membuat sahabat Ayub marah, oleh sebab mereka berpikir kejadian yang menimpa Ayub adalah serangan yang datang dari Allah. Apakah kejadian ini adalah serangan yang berasal dari Allah? Apakah respons manusia atas penderitaannya menghasilkan dugaan salah karena ia mengharapkan Allah menyampaikan alasanNya atas penderitaan manusia? Apakah respons manusia atas penderitaan terlalu berfokus pada diri kita, gantinya berfokus pada Allah? Mari kita gali pelajaran kita dalam buku Ayub dan melihat pelajaran-pelajaran yang dapat kita peroleh!

 

I.            Keluhan Ayub

 

A.   Baca Ayub 10:1 Ayub berkata bahwa ia membenci hidupnya. Mengapa sikap yang demikian membuatnya berkeluh kepada Allah? (Ayub berpikir, “Adakah hal terburuh yang dapat Allah lakukan kepada saya, selain membunuh saya?” Oleh sebab Ayub ingin mati, ia merasa tidak segan untuk mengeluh kepada Allah.)

 

1.   Apakah tindakan Ayub wajar? Apakah saudara sependapat atas logika yang dipikirkan Ayub? (Jika dunia berputar disekitar Ayub, maka hal ini akan masuk akal. Namun, jika dunia berputar disekitar Allah, maka menjelekkan reputasi Allah bukan tindakan yang masuk akal.)

 

B.   Baca Ayub 10:2-3. Yakub mengatakan suatu hal di ayat dua, dan hal berbeda pada ayat ketiga. Bagaimana cara saudara untuk menggabungkan kedua perkataan Ayub tersebut dalam kata-kata saudara sendiri? (pertama Ayub meminta Allah memberitahukan mengapa Ia berpekara dengannya agar ia dapat membuat pembelaan atas dirinya. Namun, pada ayat tiga, Ayub mengatakan hal yang berbeda. Bahwa ia bukan mengharapkan keadilan dari Allah sebab Allah menindasnya sementara Ia memberkati orang fasik.)

 

1.   Menurut saudara apakah Ayub memang percaya bahwa Allah hendak menindasnya dan pada saat yang sama memberkati orang fasik? (Saya sulit mempercayai hal ini. Menurut saya Ayub mengatakan hal yang tidak masuk akal demikian untuk memancing agar Allah memberikan responsNya kepada Ayub.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.   Kesalahan apa yang saudara temukan dalam cara berpikir Ayub? (Ayub berasumsi bahwa kejadian ini seluruhnya adalah mengenai dirinya. Hal tersebut yang membuatnya merasa tidak adil. Ayub adalah seorang yang benar, sementara orang fasik adalah jahat, dan ini membuat Allah gagal untuk berlaku adil. Namun, kita mengetahui, bahwa situasi yang dihadapi Ayub tidak ada hubungannya dengan keadilan untuk Ayub. Melainkan, hal ini ada hubungannya dengan konflik besar antara kebenaran dan kejahatan.

 

3.   Apakah Allah akan menyampaikan alasannya atas kejadian yang menimpa Ayub? (Baca Ayub 2:3. Allah mengakui bahwa kejadian yang menimpa Ayub tidaklah adil baginya)

 

4.   Pikirkanlah hal ini untuk sejenak. Ketika kita melihat ketidakadilan yang terjadi di dunia, Allahpun sebenarnya juga mengakui bahwa kejadian itu tidak adil! Oleh sebab itu apakah pada tempatnya untuk menuduh Allah atas ketidakadilan?

 

 

C.   Baca Ayub 10:4-7. Menurut saudara apakah jawaban yang diberikan atas pertanyaan Ayub (Jawabnya adalah “tidak.” Allah tidaklah seperti manusia, dan Allah tidak mengikuti jejak semua dosa yang diperbuat Ayub untuk kemudian menghukumnya.)

 

1.   Apakah yang salah dalam penggambaran Allah disini? (Minggu lalu kita belajar perihal Korah dan para pengikutnya yang memberontak (Bilangan 16). Jelas sekili, bahwa Allah dapat (dan telah) secara langsung menghukum atas dosa. Namun, saya berpikir bahwa Allah memberikan kita hukum untuk memproteksi kita dari dosa. Allah tidak mau kita menderita, maka Ia membeberkan hukumNya agar kita dapat menghindari penderitaan. Ini adalah gambaran yang berberda dari yang disarankan oleh Ayub.)

 

 

D.   Baca Ayub 10:12-14. Apakah Ayub salah menerjemahkan sifat Allah? (Ya! Kita tahu bahwa fakta Allah tidaklah sama dengan yang disarankan Ayub disini.)

 

1.   Apakah terkadang saudara bersalah karena berpikir seperti Ayub? Yaitu, bahwa saudara percaya Allah adalah seorang Allah penyayang, namun dalam karakterNya terdapat keinginginan untuk membahayakan saudara jika saudara tidak menurutiNya?

 

E.   Baca Ayub 10:15. Apakah Ayub “tidak bersalah?” (Ayub tidaklah bebas dari dosa, namun kita tahu bahwa ia bukanlah dihukum atas perbuatan dosa. Sangat jauh dari hal dosa! Ia menderita oleh karena kebaikannya. (Ayub 1:8-12). Sekali lagi, Ayub keluar jalur dengan berpikir bahwa dunia berputar disekitarnya. Ia tidak memperhitungkan bahwa penderitaannya ada hubungannya dengan memuliakan Allah.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.          Respons Elifaz

 

A.   Baca Ayub 15:4 Elifas, sahabat Ayub, membawa tuduhan baru terhadap Ayub. Ia mengatakan bahwa Ayub melenyapkan rasa takut dan mengurangi rasa hormat kepada Allah. Menurut saudara apakah tuduhan ini benar? (Menurut saya dalam pandangan manusia tuduhan Elifas ada benarnya.) Ketika Ayub menuduh bahwa Allah tidak adil, hal ini mengurangi keyakinan terhadap Allah. Dalam pandangan surgawi, hal sebaliknyalah yang benar.)

 

B.   Baca Ayub 15:7-9. Elifas menuduh Ayub atas kegagalannya untuk mengerti cara Allah bertindak. Menurut Elifas siapakah yang mengerti Allah? (Elifas berpikir ia mengerti Allah.)

 

1.   Apakah Elifas benar dengan mengatakan Ayub salah mengartikan Allah? (Ya. Ayub tidak mengerti apa yang tengah dilakukan Allah. Jika Ayub dapat menjadi bagian dari pengadilan di mana Setan menantang Allah, maka Ayub akan mengerti apa yang terjadi.)

 

2.   Apakah Elifas mengerti Allah? (Tidak. Hal ini ironis adanya. Elifas berpikir ia benar bahwa Ayub tidak mengerti apa yang tengah dilakukan Allah terhadapnya. Namun, Elifas juga tidak mengerti. Mereka berdua tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam pikiran Allah.)

 

3.   Apakah persamaan mendasar yang terdapat antara kesalahan yang dilakukan Ayub dan Elifas? (Keduanya berpikir bahwa hal ini adalah “mengenai Ayub.” Elifas berpikir bahwa Ayub menderita oleh sebab dosanya. Ayub menuduh Allah tidak adil oleh karena ia tahu ia tidak berhak atas kejadian yang menimpanya. Keduanya secara salah berpikir titik perbandingannya adalah Ayub.)

 

4.   Asumsikanlah bahwa sesuatu yang buruk terjadi pada saudara, seperti kejadian yang menimpa Ayub. Apa yang akan saudara katakan jika saya berkata kepada saudara (seperti yang saya sarankan disini) bahwa penderitaan yang menimpa saudara bukanlah mengenai saudara? (Saya menduga bahwa saudara akan sama seperti Ayub. Bahwa penderitaan yang menderita saudara adalah mengenai saudara, hal itu pribadi adanya!)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.        Tantangan Iman

 

A.   Baca Amsal 3:5-6. Bagaimana saudara akan menilai Ayub dan sahabat-sahabatnya dalam instruksi di ayat ini? (Bahwa mereka semua kurang dalam “tidak bersandar pada pengetahuanmu sendiri!” Mereka mengatakan perkataan yang benar secara teologi, benar secara logika, atau benar berdasarkan pengalaman mereka dan pengertian mereka atas cara duniawi. Semua mereka setuju bahwa mereka yang turut pada Allah akan sejahtera dan yang tidak menurut Allah akan menderita. Ayub, mempercayai (secara benar) bahwa ia tidak layak atas kejadian yang menimpanya, menuduh Allah dengan ketidakadilan. Semua ini secara sempurna masuk diakal.)

 

1.   Selain dari satu hal. Apakah yang dikatakan dalam ayat ini yang harus kita lakukan dengan pengertian (tepat) kita atas cara kerja dunia? (Kita harus meninggikan Allah melebih pengertian benar atas teologi, logika dan pengalaman.)

 

2.   Saat ini di dunia ada banyak hal yang menyemangati saya, dan banyak juga yang membuat saya sedih. Orang-orang yang tidak dapat membaca Alkitab, orang yang sengaja bodoh atau terlahir demikian, sedang membentuk dunia disekitar saya. Reaksi bagaimanakah yang harus saya buat? (Pertama, untuk percaya pada Allah jika dunia tidak masuk akal. Kedua, ketika kita tidak tahu harus berbuat apa, pertama-tama kita harus “mengakui” Allah, dan Ia akan menuntun kita.)

 

a.    Menurut pendapat saudara bagaimana meminta Allah menuntun kita bisa berlaku secara praktis? (Disinilah pentingnya mengikuti perkataan Roh Kudus. Kita perlu meminta pengalaman Yoel 2:28-29, dimana kuasa Allah berbicara melalui kita – tanpa mengecualikan kekayaan, jenis kelamin, umur dan pengalaman.)

 

B.   Baca Amsal 3:7-8. Jika kita takut akan Allah dan tidak mengindahkan kejahatan, apakah semua menjadi baik dalam hidup kita? (Ini membawa kembali pada situasi Ayub. Baca Ayub 1:8. Beginilah tepatnya Allah menggambarkan Ayub! Kita dapat percaya pada Alkitab, namun ketika tidak ada yang masuk akal bagi kita manusia, maka kita hanya dapat menaruh percaya kepada Allah.)

 

C.   Baca Matius 27:45-46. Pernahkah Yesus mengalami hal ini – ketika sesuatu tidak masuk akal lagi bagiNya? (Inilah yang kelihatannya secara persis dipemikiran Yesus.)

 

D.   Sahabatku, maukah saudara berkomitmen hari ini untuk mempercayai Allah, meskipun pikiranmu mengatakan bahwa segalanya telah berjalan dengan salah? Meskipun Allah telah meninggalkan saudara?

 

IV.         Minggu depan: Isyarat Pengharapan.